Minggu, 25 November 2012

Asal-usul Gudeg Jogja (Jadi inget masa kuliah di Kampus Biru Bulaksumur)

Asal usul nama Gudeg Inilah kisahnya.Di sebuah sudut kota jogja pada jaman penjajahan Inggris tinggalah seorang warga negara Inggris yang tinggal di Indonesia dan memiliki istri seorang perempuan jawa. Warga negara Inggris tersebut memanggil istrinya dengan sebutan “dek” karena memang panggilan “dek” sudah menjadi tradisi di jawa biasanya untuk memanggil istri yang notabene sebagai ibu rumah tangga.. Pada suatu hari ketika sang suami sedang pergi bekerja sang istri bingung ingin memasak apa akhirnya dia teringat resep turun temurun keluarganya yang menggunakan bahan dari nangka muda tersebut..
Akhirnya mulai lah dia memasak, karena mungkin sudah sangat lapar sesampainya dirumah sang suami langsung menuju ke meja makan dan makan dengan lahapnya masakan yang dimasakkan istrinya tadi selesai makan sang suami berkata agak keras “good dek..” “it’s good dek” dengan ekspresi senang.. Sang istri terkejut dan mulai menceritakan ke tetangga dan teman-temannya kalau sang suami senang sekali dimasakkan resep turun temurun itu dan setiap kali selesai makan-makanan itu dia selalu bilang “good dek” dan dari situlah makanan itu mulai disebut Gudeg sebagai metomorfosis dari kata “good dek”. ;) 
Foto: Asal usul nama Gudeg Inilah kisahnya.Di sebuah sudut kota jogja pada jaman penjajahan Inggris tinggalah seorang warga negara Inggris yang tinggal di Indonesia  dan memiliki istri seorang perempuan jawa. Warga negara Inggris tersebut memanggil istrinya dengan sebutan “dek” karena memang panggilan “dek” sudah menjadi tradisi di jawa biasanya untuk memanggil istri yang notabene sebagai ibu rumah tangga.. Pada suatu hari ketika sang suami sedang pergi bekerja sang istri bingung ingin memasak apa akhirnya dia teringat resep turun temurun keluarganya yang menggunakan bahan dari nangka muda tersebut..
Akhirnya mulai lah dia memasak, karena mungkin sudah sangat lapar sesampainya dirumah sang suami langsung menuju ke meja makan dan makan dengan lahapnya masakan yang dimasakkan istrinya tadi selesai makan sang suami berkata agak keras “good dek..” “it’s good dek” dengan ekspresi senang.. Sang istri terkejut dan mulai menceritakan ke tetangga dan teman-temannya kalau sang suami senang sekali dimasakkan resep turun temurun itu dan setiap kali selesai makan-makanan itu dia selalu bilang “good dek” dan dari situlah makanan itu mulai disebut Gudeg  sebagai metomorfosis dari kata “good dek”. ;)
(From : Yogyakarta Fb)

Jumat, 23 November 2012

The 7th Jakarta Digetive Week (1-3 November 2012)


Ini kali kedua saya bisa mengikuti acara digestif. Dimana dua tahun yang lalu 22nd Annual Scientific Meeting of Indonesia Digestive Surgeon yang diadakan di Universitas Pelita Harapan, Tanggerang Jakarta. Pada acara digestif sebelumnya saya membawakan free paper presentation tentang Kanker Kolon pada usia Muda.
Perhelatan JDW ini kali ini cukup sepi menurut saya. Hal ini mungkin karena banyak even-even yang diselenggarakan pada waktu yang hampir berdekatan, seperti Semarang Digestive Week pada akhir bulan November tahun ini. Atau juga sedang ada KONAS PERABOI (Bedah Onkologi) di Yogyakarta pada waktu yang sama. Kali ini JDW mengangkat tema Colorectal and Pelvic Disorder”. Ya, kanker kolorektal telah memberikan sumbangsih burden diseases yang besar, dimana disumbar kanker kolorektal merupakan jenis kanker terbanyak ke-dua setalah kanker payudara.
Seperti acara sebelumnya, kali ini saya berkesempatan membawakan free paper  tentang Colorectal in Pregnancy. Kanker kolorektal pada wanita hamil merupakan kasus yang jarang. Beberapa hal dapat menjadi tantangan dalam penanganan kanker kolorektal pada kehamilan, seperti progresifitas penyakit, kendala diagnosa, pilihan terapi, kemoterapi, prognosis yang jelek sampai pada usaha untuk mempertahankan keselamatan ibu dan bayi. Saya laporkan dua kasus kanker kolorektal pada kehamilan.  Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penatalaksanaan pasien kanker kolorektal pada kehamilan yaitu :
  • Lokasi tumor
  • Umur kehamilan
  • Operasi elektif atau emergensi
  • Stadium tumor
  • Komplekasi tumor terhadap kehamilan
  • Perlu tidaknya terminasi kehamilan     
    •  
Pengobatan meliputi terapi operatif dan kemoterapi. Tindakan operatif dapat mengacu pada guidline yang dibuat oleh Walsh dan Fazio. Namun tindakan operatif pada kehamilan sendiri, dapat menyebabkan banyak komplikasi yang berujung pada menurunnya aliran darah ke uterus dan hipoksia janin. Pembedahan cukup aman dilakukan pada umur kehamilan <20 minggu. Sementara kemoterapi secara aman diberikan pada trimester dua dan tiga. Adapun terapi radiasi, tidak dianjurkan selama kehamilan karena akan membahayakan janin. (Koren et al, 2009) 
Untuk tindakan kemoterapi pada wanita hamil , menurut Sorosky 1997 terdapat tiga pilihan yaitu :
  1. Terminasi kehamilan terlebih dahulu baru dilaksanakan kemoterapi
  2. Menunda kemoterapi sampai kelahiran
  3. Melakukan kemoterapi pada kehamilan
Penggunaan kemoterapi pada trimester pertama akan berisiko abortus, kematian bayi dan terjadinya malformasi. Walaupun kemoterapi pada trimester ke dua dan tiga cukup aman, namun telah ada laporan yang menunjukkan bahwa kemoterapi dapat mengakibatkan BBLR dan intrauterine growth retardation.
Dari paper tersebut disimpulkan bahwa :
  • Kanker kolorektal pada kehamilan menimbulkan tantangan tersendiri dalam diagnosa dan terapi 
  • Kanker kolorektal pada kehamilan sering ditemukan pada stadium lanjut dan dengan kebanyakan lokasi pada kolon bagian distal
  • Penatalaksanaan kanker kolorektal pada kehamilan harus selalu memperhatikan keselamatan pasien dan janin 
  • Pengobatan terdiri dari operatif dan kemoterapi, namun perlu lebih banyak lagi pengalaman kasus 



Terkadang kita sudah merasa puas dengan pencapaian yang kita dapat selama ini. Namun saat kita mellihat lebih luas, ternyata kita sangat banyak tertinggal. Sebagai residen saya belajar untuk tidak pernah puas dengan pencapaian apapun, dan harus terus belajar dan belajar. Karena sebagai seseorang yang memiliki profesi dokter, kita punya tanggung jawab yang besar dalam aktivitas kita. Begitu pula pada acara ini, muncul motivasi untuk belajar lebih tekun dan berlatih sebanyak mungkin.
Dalam bidang biologi molekuler misalnya, disamping KRAS ternyata BRAF sudah menjadi salah satu pemeriksaan yang secara penelitian memiliki makna klinis yang penting untuk memperkirakan prognosis pasien-pasien kanker kolorektal. Belum lagi perkembangan teknik laparoskopi untuk penatalaksanaan kanker kolorektal sudah banyak berkembang terutama di luar sana (baca di luar Indonesia). 

Topik pada Jakarta Digestive Week kali ini : 
  • Technological Advances in the surgical treatment of colon and rectal cancer 
  • Analysis of Oncogene K-Ras Mutation in Colorectal 
  • Optimizing Chemotherapy in Colorectal Cancer 
  • Appear 
  • Laparoscopic Colorectal Surgery 
  • Transanal Endoscopic Operation 
  • Management of Colorectal GIST 
  • Colorectal Manifestations of AIDS/HIV Infections 
  • Recent Advances in Diagnostic Techniques of Colorectal Disorders; Virtual Colonoscopy, Capsule Endoscopy, PET Scan, Defecography, Endorectal Sonography, etc 
  • Benign Anorectal Disorders (Fistula,Hemmorrhoids) 
  • Constipation = Diagnosis and Management When The Pelvic Floor Is The Culprit

Minggu, 18 November 2012

Asal Usul Kopi Luwak

Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.