Operasi elektif merupakan salah
satu jenis tindakan pengobatan yang dilakukan hampir di seluruh dunia. Pada negara-negara
berkembang, sekitar 5 % penduduknya menjalani operasi elektif setiap tahunnya.1
Sementara itu, puasa sebelum
operasi elektif merupakan salah satu prosedur rutin. Puasa meliputi makanan
padat maupun cair dari malam hingga waktu operasi. Alasan dilakukan puasa ini
adalah untuk memastikan kekosongan lambung yang dapat mengurangi resiko
terjadinya aspirasi selama proses operasi.2
Pada
beberapa institusi, pasien menjani puasa yang lama, bahkan dapat memanjang mencapai
12-16 jam. Padahal puasa yang lama dapat menimbulkan gangguan fisik dan
psikologis dalam bentuk rasa haus, lapar, nyeri kepala, meningkatnya kecemasan
dan rasa lelah sebelum operasi. Puasa yang lama juga akan menimbulkan pemakaian
glikogen yang disimpan di hati (glukoneogenesis) dan peningkatan proses
katabolisme yang dapat meningkatkan resiko-resiko terjadinya komplikasi.3,4
Puasa yang lama sebelum
operasi juga dapat memperberat terjadinya resistensi insulin dan merangsang
terjadinya hiperglikemia. Resistensi insulin pada trauma dan proses pembedahan merupakan respon metabolic yang bersifat sementara. Pada operasi medium
hingga mayor akan terjadi resistensi insulin, yang besarnya berbanding lurus
dengan besarnya trauma pada saat pembedahan.5 Beberapa penelitian
terbaru telah membuktikan bahwa resistensi insulin post-operasi merupakan salah
faktor utama dalam terjadi komplikasi. Derajat resistensi insulin pada saat
pasien meninggalkan meja operasi sangat berkaitan dengan resiko terjadinya
komplikasi infeksi.6
Beberapa
tahun terakhir, perhatian para ahli tertuju untuk mempersingkat waktu puasa pada
pasien yang akan menjalani operasi elektif. Terdapat penelitian yang
menunjukkan bahwa konsumsi air, kopi, teh atau jus tanpa ampas pada 2-3 jam
sebelum operasi tidak meningkatkan resiko terjadinya aspirasi selama proses
operasi.6 Beberapa negara di benua Amerika dan Eropa telah
menetapkan panduan puasa sebelum operasi elektif, dimana cairan jernih masih
diperbolehkan hingga dua jam dan makanan padat enam jam sebelum operasi.7
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) merekomendasikan pemberiaan minuman preoperatif dengan kandungan tinggi karbohidrat, yang dapat menekan proses katabolisme selama operasi dan mencegah terjadinya resistensi insulin.7 Beberapa penelitian menunjukkan pemberian minuman karbohidrat preoperatif telah mengurangi rasa tidak nyaman, kecemasan, rasa haus dan lapar sebelum operasi serta mengurangi resistensi insulin dan mempercepat waktu pemulihan.8,9
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) merekomendasikan pemberiaan minuman preoperatif dengan kandungan tinggi karbohidrat, yang dapat menekan proses katabolisme selama operasi dan mencegah terjadinya resistensi insulin.7 Beberapa penelitian menunjukkan pemberian minuman karbohidrat preoperatif telah mengurangi rasa tidak nyaman, kecemasan, rasa haus dan lapar sebelum operasi serta mengurangi resistensi insulin dan mempercepat waktu pemulihan.8,9
Penelitian
ini ingin membuktikan apakah pemberian minuman berkabohidrat tinggi preoperatif
dapat mengurangi rasa tidak nyaman pasien seperti kecemasan, rasa haus, lapar,
nyeri kepala, kelelahan selama masa peri-operatif,
mengurangi terjadinya resistensi
insulin, dan mempercepat waktu pemulihan
pada pasien-pasien kanker kolorektal yang menjalani operasi.
Daftar Pustaka
1. Yang Y, et al. Effects
and safety of preoperative oral carbohydrate in radical distal gastrectomy, a
randomized clinical trial. J cancer sci ther, 2012 ; 4 : 116-119.
2. Ludwig
RB, Paludo J, Fernandes D, Scherer F. Lesser time of preoperative fasting and
early postoperative feeding are safe?. ABCD Arq Bras Cir Dig, 2013;26(1):
54-58.
3. Yagmurdur
H, Gunal S, Yildiz H, Gulec H, Topkaya C. The effects of carbohydrate-rich
drink on perioperative discomfort, insulin response and arterial pressure in
spinal anasthesia. J Res Med Sci, 2011;16(11): 1483-1489.
4. Gul
A, Andsoy I, Ustundag H, Ozkaya BO. Assessment of preoperative fasting time in
elective general surgery. JMHM, 2013 ; 1(1) : 1-8.
5. Faria
M, et al. Preoperative fasting of 2 hours minimizes insulin resistance and
organic response to trauma after video-cholecystectomy: a randomized,
controlled, clinicat trial.World J surg, 2009.
6. Ljungqvist
O. Insulin resistance and enhanced recovery after surgery. Journal of
parenteral and enteral nutrition, 2012;36(4):389-398.
7. Taniguchi
H, Sasaki T, Fujita H. Preoperative management of surgical patient by
“shortened fasting time”: a study on the amount of total body water by
multi-frequency impedance method. International journal of medical sciences,
2012; 9(7): 567-574.
8. Oyama
Y, et al. Effects of preoperative oral carbohydrates and trace elements on
perioperative nutritional status in elective surgery patients. M.E.J. Anesth,
2011; 375-383.
9. Yilmaz N, et al.
Preoperative carbohydrate nutrition reduces postoperative nausea and vomiting
compared to preoperative fasting. J Res Med Sci, 2013; 18 : 827-32.