Puasa preoperatif pertama kali
diberlakukan dua tahun setelah diperkenalkannya anastesi umum pada tahun 1848.
Prosedur puasa preoperatif menjadi
populer setelah adanya laporan kematian seorang wanita muda di Edenburg yang meninggal
akibat aspirasi. Wanita tersebut mendapat anastesi umum dengan menggunakan
kloroform tidak lama setelah menkonsumsi makanan. Sejak saat itu para ahli meyakini
bahwa lambung yang terisi saat anastesi umum akan meningkatkan resiko
terjadinya muntah dan aspirasi. Dogma ini berlanjut serta didukung oleh
penelitian pada tahun 1940-an, dan terus menjadi rutinitas hingga hari ini.1
Puasa sebelum operasi
elektif merupakan suatu prosedur rutin yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
muntah, mengurangi volume dan keasaman cairan lambung sehingga dapat mencegah
resiko terjadinya aspirasi yang dikenal dengan Mendelson syndrome.2 Namun disisi lain puasa preoperatif
secara tradisional telah menimbulkan stres metabolik, menekan fungsi
mitokondria dan meningkatkan resistensi insulin.3,4 Puasa 8-12 jam
sebelum operasi akan menyebabkan perubahan tubuh dari kondisi anabolik menjadi katabolik
yang berdampak pada pemakaian cadangan glikogen.5
Puasa
preoperatif dapat memanjang akibat operasi yang tertunda atau dengan berbagai
sebab lain. Kondisi puasa yang lama dapat menyebabkan beberapa efek samping yang
sangat berpengaruh terhadap kondisi pisik dan psikologis pasien. Puasa yang
lama akan menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman berupa peningkatan kecemasan,
nyeri kepala, dehidrasi, rasa mual, rasa haus dan lapar, keletihan, dan keadaan
hipovolemia. Terjadinya mual dan muntah juga akan meningkat pada pasien yang
menjalani puasa yang lama. Sementara kondisi fisik dan psikologis pasien
menjelang operasi akan mempengaruhi outcome
pasca pembedahan.1
Pada 38 penelitian randomized clinical trial (RCT) ditemukan
bahwa puasa yang lebih lama tidak secara signifikan menurunkan resiko terjadinya
aspirasi, disisi lain terjadi peningkatan komplikasi preoperatif berupa rasa
haus, lapar, nyeri dan kecemasan. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada
volume cairan lambung antara pasien yang puasa lama dengan kontrol, artinya
resiko terjadinya respirasi sama besar. Penelitian terbaru juga menyebutkan bahwa
konsumsi minuman cair 2-4 jam sebelum operasi tidak berpengaruh terhadap volume
dan tingkat keasaman lambung.6
Penelitian
pada anak-anak yang menjalani puasa preoperatif juga menyimpulkan bahwa
konsumsi minuman cair masih aman diberikan sampai 2 jam sebelum operasi.
Tingkat kecemasan berbanding lurus dengan lama puasa dan operasi. Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan pada 2543
anak dengan berbagai jenis operasi, dan masih mengkonsumsi air putih 2-3
jam sebelum operasi, hanya ditemukan 1 kasus aspirasi. Begitu pula dengan lebih
minimalnya tingkat rasa haus, rasa lapar dan tingkat kenyamanan lainnya dibandingkan
dengan anak-anak dengan puasa yang lebih lama.7
American
Society of Anaesthesiologist (ASA) merekomendasikan puasa selama dua jam untuk
cairan dan enam jam untuk makanan padat pada sebagian besar pasien operasi
elektif. Mengkonsumsi minuman cair seperti air putih, kopi, teh, atau jus tanpa
ampas masih diperbolehkan hingga dua jam sebelum operasi. Pada penelitian systematic review, menyebutkan bahwa
pada pasien yang mengkonsumsi minuman cair dua jam sebelum operasi, tidak
ditemukan resiko muntah, aspirasi atau morbiditas lain selama operasi.
Panduan lama puasa pre-operatif
dari American Society of Anaesthesiologist (ASA) dan European Society of
Anaesthesiology (ESA)8,9
Makanan Yang Dikonsumsi
|
Lama Puasa (dalam jam)
|
Minuman (tanpa ampas)
|
2
|
Air susu ibu
|
4
|
Susu bayi
|
6
|
Susu sapi
|
6
|
Makanan padat
|
6
|
Beberapa
studi telah membuktikan bahwa rasa tidak nyaman pasien mempengaruhi proses
penyembuhan pasien. Glaser melalui studi psikoneuroimunologi, menyebutkan
terdapat bukti bahwa kondisi stres pasien perioperatif akan memperlambat proses
penyembuhan luka. Kondisi psikologis yang mempengaruhi penyembuhan pasca
operasi dapat terjadi melalui beberapa jalur: (a) Emosi pasien berkaitan dengan
langsung pada hormon stres, akibatnya akan memodulasi fungsi sistem imun. (b)
Kondisi emosional pasien terhadap operasi akan berpengaruh terhadap jenis dan
jumlah obat anastesi, dan variasi anastesi ini akan mempengaruhi sistem imun
dan hormonal. (c) Pasien dengan tingkat kecemasan yang berlebihan, pengalaman
nyeri pasca operasi yang lebih buruk akan menurunkan sistem imun.10
Proses pembedahan akan memberikan
dampak yang signifikan terhadap status
nutrisi, mulai dari pembatasan asupan makanan preoperatif sampai pada stres
pasca operasi dimana kondisi nutrisi saat itu menjadi tidak optimal. Puasa
preoperatif dari malam hingga saat operasi akan memperberat terjadinya resistensi
insulin dan hiperglikemia, terutama jika terjadi pemanjangan waktu puasa yang awalnya
6-8 jam menjadi 10-16 jam.2 Pasien dengan kelainan saluran
pencernaan, terutama dengan keganasan, memiliki resiko tinggi untuk terjadi
malnutrisi, stres operasi dan berbagai masalah metabolik terutama pada
operasi-operasi besar dengan waktu yang lama. Mempersingkat lama puasa sebelum
dan setelah operasi menjadi tema yang sedang hangat dibicarakan pada saat ini. 11 Studi dari Cochrane menyebutkan tidak terdapat peningkatan resiko aspirasi pada
pasien yang mengkonsumsi minumam cair 2-3 jam sebelum operasi dibandingkan
pasien yang menjalani puasa konvensional.12
Mengkonsumsi minuman karbohidrat sebelum operasi dipercaya akan meningkatkan kenyamanan pasien dengan memaksimalkan metabolisme glukosa. Terdapat alasan mengapa nutrisi pre-operatif ini dapat meningkatkan kenyamanan pasien baik sebelum maupun setelah operasi. Hipovolemia merupakan keadaan yang umum terjadi selama puasa preoperatif, sehingga optimalisasi volume cairan tubuh dapat mengurangi terjadinya komplikasi. Hal ini juga yang menjadi dasar protokol puasa minimal dua jam untuk cairan jernih, dengan asumsi bahwa pasien berada dalam kondisi terhidrasi dan tercapai total volume cairan tubuh yang mendekati normal pada saat pembedahan dilakukan.13,14
Kepustakaan :
Kepustakaan :
- Tran S. Preoperative carbohydrate loading in patients undergoing coronary artery bypass or spinal surgery. Master of science university of Toronto. 2009.
- Nascimento D, Nascimento J, Faria M, Caporossi C, Slhessarenko N, Waitzberg DL, etal. Evaluation of the effects of preoperative 2-hour fast with maltodextrine and glutamine on insulin resistance, acute-phase response, nitrogen balance, and serum glutathione after laparoscopic cholecystectomy: a controlled randomized trial. JPEN J parenter enteral nutr.2012;36:43-52.
- Awad S, Lobo DN. What’s new in perioperative nutritional support?. Curr opin anesthesiol. 2011;24:339-48.
- Yagci G. Effects of preoperative carbohydrate loading on glucose metabolism and gastric contents in patients undergoing maderate surgery: a randomized, controlled trial. Nutrition. 2008;24:212-6.
- Can MF, Yagci G, Dag B, Ozturk E, Gorgulu S, Simsek A, et al. Preoperative administration of oral carbohydrate-rich solutions: comparison of glucometabolic responses and tolerability between patients with and without insulin resistance. Nutrition. 2009;25:72-77.
- Yilmaz N, Cekmen N, Bilgin F, Erten E, Ozhan MO, Cosar A, et al. Preoperative carbohydrate nutrition reduces postoperative nausea and vomiting compared to preoperative fasting. J Res Med Sci. 2013; 18 : 827-32.
- Ljungqvist O. Preoperative carbohydrates to prepare metabolism for surgery. Acta anaesth belg. 2005.
- Smith I, Kranke P, Murat I, Smith A, O’sullivan, Soreide E, et al. Guideline, perioperative fasting in adults and children: guidelines from the European society of anaesthesiology. Eur J Anaesthesiol. 2011;28:556-9.
- Crenshaw JT, Winslow EH. Preoperative fasting duration and medication instruction: are we improving?. AORN journal.2008;88(6):963-76.
- Akbarshahi H, Andersson B, Norden M, Andersson R. Perioperative nutrition in elective gastrointestinal surgery-potential for improvement. Dig surg. 2008;25:165-74.
- Kratzing C. Nutrution is the cutting edge in surgery: peri-operative feeding pre-operative nutrition and carbohydrate loading. Proceedings of the nutrition society. 2011;70:311-5.
- Glaser JK, Page GG, Marucha PT, MacCallum RC, Glaser R. Psychological influences on surgical recovery, persepectives from psychoneuroimmunology. American psychologist.1998;53(11):1209-18.
- Ljunggren S, Hahn RG, Nystrom T. Insulin sensitivity and beta-cell function after carbohydrate oral loading in hip replacement surgery: a double-blind, randomized controlled clinical trial. Clinical nutrition. 2013:1-7.
- Nygren J, Thorell A, Ljungqvist O. Preoperative oral carbohydrate nutrition: an update. Current opinion in clinical nutrition and metabolic care. 2001;4:255-9.