Sore
ini musibah menimpa, bemper depan mobil ditabrak oleh pemuda ingusan yang
sangat sembrono mengendarai motor. Lokasinya di Jalan Ampang dari Alai menuju
Baypass. Tidak perlu disebutkan bagaimana kejadiannya, tapi semua orang yang
melihat saat itu sepakat bahwa pemuda telah sembrono dan salah. Tidak hanya
sembrono tapi juga tidak memakai helm, tidak punya STNK, tidak ada plat motor
dan knalpot yang memekakkan telinga.
Dengan
sedikit emosi, saya bersikeras untuk menuntut ganti rugi atas mobil saya tersebut
(sebenarnya mobil tersebut telah diasuransikan untuk memperbaiki kerusakan,
tapi saya bertekad untuk memberi pelajaran kepada pemuda ini, biar kapok dan
jera). Singkat cerita pemuda dengan teman wanita yang dia bonceng, bersedia
untuk mengikuti saya dan datang ke rumah untuk menyelesaikan permasalahan
secara damai.
Dengan
berbagai perdebatan dirumah, akhirnya dia mau meninggalkan motornya sebagai
jaminan, karena saat itu dia tidak membawa uang sepeserpun. Pada awalnya dia
minta belas kasihan untuk berdamai, dan sangat takut pada orang tuanya jika
mereka mengetahui kejadian ini. Tapi saya bilang, “Saya mau berdamai dengan
syarat kamu tinggalkan motormu sebagai jaminan, dan bisa kembali kapan saja
untuk mengambilnya namun dengan syarat harus membawa orang tua”. Saya tahu dia
mungkin kesulitan jika memang benar-benar harus mengganti, tapi bukan itu
tujuan saya bersikeras untuk meminta ganti rugi, tapi untuk memberi jera pada
orang-orang yang model berkendaranya sama seperti pemuda ini.
Namun
bukan itu inti tulisan saya kali ini, sebelumnya saya sangat bersyukur akan
beberapa hal; pertama sang pemuda dan teman wanitanya hanya lecet badannya, dan
tidak mengalami trauma fisik yang berarti. Padahal beberapa saat saat iya
menabrak mobil, saya hanya berpikir bagaimana kalo seandainya mereka mengalami
trauma kepala berat atau mengalami patah tulang ataupun dilindas kendaraan yang
lain karena situasi lalu lintas di Jalan Alai tadi sore sangat ramai. Walaupun
si pemuda yang salah, tapi pasti urusan akan panjang. Kedua, kerusakan mobil
tidak begitu parah yang mungkin dalam sehari bisa segera diperbaiki.
Sebetulnya
tulisan ini bagian dari keprihatinan akan bagaimana semerautnya lalu lintas di
kota Padang yang tercinta ini. Jujur saya ingin mengatakan bahwa kota ini (Padang)
memiliki predikat yang sangat buruk dalam berkendaraan. Entah itu motor, angkot
pejalan kaki ataupun pengendara mobil pribadi. Sebagian besar sembrono,
semaunya sendiri, sulit diatur (3 S). Saya mohon maaf jika kalimat ini kurang
berkenan, tapi hal ini saya sampaikan karena saya sangat peduli dengan kota
ini.
Ada
pepatah barat yang bilang “Kalau anda ingin tahu bagaimana karakter dan budaya
masyarakat suatu daerah, maka lihatlah bagaimana mereka berkendara”
setuju bg didik, tapi masih parahan jambi kok bg,,,, blum pernah nyobain di jambi kan???? beuhhh,,, bakal emosi jiwa raga pokoknya,,,, heheheee
BalasHapus