Go confidently in the direction of your dreams... and Live the life you have imagined...
Minggu, 25 November 2012
Jumat, 23 November 2012
The 7th Jakarta Digetive Week (1-3 November 2012)
Ini kali kedua saya bisa mengikuti acara digestif. Dimana dua tahun yang lalu 22nd Annual Scientific Meeting of Indonesia Digestive Surgeon yang diadakan di Universitas Pelita Harapan, Tanggerang Jakarta. Pada acara digestif sebelumnya saya membawakan free paper presentation tentang Kanker Kolon pada usia Muda.
Perhelatan JDW ini kali ini cukup sepi menurut saya. Hal ini mungkin karena banyak even-even yang diselenggarakan pada waktu yang hampir berdekatan, seperti Semarang Digestive Week pada akhir bulan November tahun ini. Atau juga sedang ada KONAS PERABOI (Bedah Onkologi) di Yogyakarta pada waktu yang sama. Kali ini JDW mengangkat tema “Colorectal and Pelvic Disorder”. Ya, kanker kolorektal telah memberikan sumbangsih burden diseases yang besar, dimana disumbar kanker kolorektal merupakan jenis kanker terbanyak ke-dua setalah kanker payudara.
Seperti acara sebelumnya, kali ini saya berkesempatan
membawakan free paper tentang Colorectal
in Pregnancy. Kanker
kolorektal pada wanita hamil merupakan kasus yang jarang. Beberapa hal dapat
menjadi tantangan dalam penanganan kanker kolorektal pada kehamilan, seperti
progresifitas penyakit, kendala diagnosa, pilihan terapi, kemoterapi, prognosis
yang jelek sampai pada usaha untuk mempertahankan keselamatan ibu dan bayi. Saya
laporkan dua kasus kanker kolorektal pada kehamilan. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penatalaksanaan pasien kanker kolorektal pada kehamilan yaitu :
Untuk tindakan kemoterapi pada wanita hamil , menurut Sorosky 1997 terdapat tiga pilihan yaitu :
- Lokasi tumor
- Umur kehamilan
- Operasi elektif atau emergensi
- Stadium tumor
- Komplekasi tumor terhadap kehamilan
- Perlu tidaknya terminasi kehamilan
Untuk tindakan kemoterapi pada wanita hamil , menurut Sorosky 1997 terdapat tiga pilihan yaitu :
- Terminasi kehamilan terlebih dahulu baru dilaksanakan kemoterapi
- Menunda kemoterapi sampai kelahiran
- Melakukan kemoterapi pada kehamilan
Penggunaan kemoterapi pada trimester pertama akan berisiko abortus, kematian bayi dan terjadinya malformasi. Walaupun kemoterapi pada trimester ke dua dan tiga cukup aman, namun telah ada laporan yang menunjukkan bahwa kemoterapi dapat mengakibatkan BBLR dan intrauterine growth retardation.
Dari paper tersebut
disimpulkan bahwa :
- Kanker kolorektal pada kehamilan menimbulkan tantangan tersendiri dalam diagnosa dan terapi
- Kanker kolorektal pada kehamilan sering ditemukan pada stadium lanjut dan dengan kebanyakan lokasi pada kolon bagian distal
- Penatalaksanaan kanker kolorektal pada kehamilan harus selalu memperhatikan keselamatan pasien dan janin
- Pengobatan terdiri dari operatif dan kemoterapi, namun perlu lebih banyak lagi pengalaman kasus
Terkadang kita sudah
merasa puas dengan pencapaian yang kita dapat selama ini. Namun saat kita
mellihat lebih luas, ternyata kita sangat banyak tertinggal. Sebagai residen
saya belajar untuk tidak pernah puas dengan pencapaian apapun, dan harus terus
belajar dan belajar. Karena sebagai seseorang yang memiliki profesi dokter,
kita punya tanggung jawab yang besar dalam aktivitas kita. Begitu pula pada
acara ini, muncul motivasi untuk belajar lebih tekun dan berlatih sebanyak
mungkin.
Dalam bidang biologi molekuler
misalnya, disamping KRAS ternyata BRAF sudah menjadi salah satu pemeriksaan
yang secara penelitian memiliki makna klinis yang penting untuk memperkirakan
prognosis pasien-pasien kanker kolorektal. Belum lagi perkembangan teknik
laparoskopi untuk penatalaksanaan kanker kolorektal sudah banyak berkembang
terutama di luar sana (baca di luar Indonesia).
Topik pada Jakarta Digestive Week kali ini :
Topik pada Jakarta Digestive Week kali ini :
- Technological Advances in the surgical treatment of colon and rectal cancer
- Analysis of Oncogene K-Ras Mutation in Colorectal
- Optimizing Chemotherapy in Colorectal Cancer
- Appear
- Laparoscopic Colorectal Surgery
- Transanal Endoscopic Operation
- Management of Colorectal GIST
- Colorectal Manifestations of AIDS/HIV Infections
- Recent Advances in Diagnostic Techniques of Colorectal Disorders; Virtual Colonoscopy, Capsule Endoscopy, PET Scan, Defecography, Endorectal Sonography, etc
- Benign Anorectal Disorders (Fistula,Hemmorrhoids)
- Constipation = Diagnosis and Management When The Pelvic Floor Is The Culprit
Minggu, 18 November 2012
Asal Usul Kopi Luwak
Asal mula Kopi Luwak terkait
erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman
kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan
tanaman komersial di koloninya terutama di pulau Jawa dan Sumatera.
Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa"
(1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah
kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba
minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya
menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi
hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih
utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian
dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air
panas, maka terciptalah kopi luwak.
Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga
Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran
orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang
tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)