Laporan Kasus
HEREDITARY
NON-POLYPOSIS COLORECTAL CANCER
(LYNCH
SYNDROME) PADA WANITA UMUR 16 TAHUN
Asril
Zahari, Sudiyatmo
Sub-Bagian Bedah Digestif FK UNAND/RS .M. Jamil Padang
ABSTRAK
Latar Belakang : Kanker kolorektal menduduki peringkat
ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia. Sekitar 3% kasus
kanker kolorektal merupakan jenis hereditary non polyposis colorectal cancer (HNPCC)/Lynch
syndrome, yang sering muncul pada usia muda. Dilaporkan satu kasus
di rumah sakit Dr. M. Djamil Padang, wanita berumur 16 tahun dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah. Didapatkan riwayat penyakit serupa pada kakek,
bibi pasien dan enam anggota keluarga yang lain. Pada pemeriksaan fisik abdomen
teraba massa dengan
konsistensi keras dan terfiksir. Pada kolonoskopi dan biopsi ditemukan tumor
jenis adenocarcinoma colon moderatly differentiated di fleksura hepatika
dan polip di kolon sigmoid. Berdasarkan kriteria Amsterdam pasien didiagnosa Lynch syndrome. Pada Pasien dilakukan subtotal kolektomi,
anastomose ileorectal dan kemoterapi ajuvan. Identifikasi genetik sedang
dikerjakan untuk melihat adanya kelainan genetik pada pasien. Pasien melakukan
skrining berkala untuk mencegah kanker HNPCC jenis yang lain.
Kata kunci
: Hereditary non polyposis colorectal cancer, Lynch syndrome, Microsatellite
instability, skrining.
ABSTRACT
Background: Carcinoma colorectal is
the third most
common type of cancer
that occurs in
the world. About 2% -3% of cases of colorectal cancer is hereditary non-polyposis colorectal cancer (HNPCC)/Lynch
syndrome, which often
appear at a young
age. Amsterdam
and Bethesda criteria have been used
to identify patients
with Lynch syndrome.
Case report: one case was reported
at the Dr. M. Djamil
Padang hospital, a 16-year-old girl with right
lower abdominal pain.
Obtained a history of similar disease in
grandparents, aunts and six other family
members. On physical examination found
palpable fixed abdominal mass with hard consistency in the lower right abdomen. At colonoscopy and biopsy found
a moderatly differentiated adenocarcinoma colon
type at the hepatic flexure and the sigmoid colon polyp. Based
on the Amsterdam
criteria, patients diagnosed with HNPCC/Lynch syndrome. Patients treated with subtotal
colectomy, ileorectal anastomose and adjuvant
chemotherapy. Genetic identification is underway to see any genetic abnormalities. Patients
be screened regularly to prevent other
types of cancer HNPCC.
Keywords: Hereditary non-polyposis colorectal cancer, Lynch syndrome,
Microsatellite instability, screening.
PENDAHULUAN
Kanker kolorektal (KKR) menduduki
peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi dan merupakan penyebab
kematian peringkat ketiga di dunia.1 Menurut data depkes 28,17%
kanker di Indonesia
adalah KKR. Di rumah sakit M.Jamil Padang tercatat 257 pasien KKR pada periode
tahun 2002 – 2007. 2
Sekitar 2%-3% pasien dari seluruh KKR
merupakan Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC). HNPCC yang juga
dikenal dengan Lynch syndrome, ditandai dengan peningkatan kemungkinan terjadinya
KKR, dan tumor lainnya seperti tumor pada endometrium, ovarium, lambung, usus
halus, hepatobilier, pankreas, ginjal, otak atau kulit. Pada jenis ini KKR
terjadi pada umur yang lebih muda (kisaran umur 45 tahun bahkan lebih muda). Secara
genetik sindrom ini diturunkan secara autosomal dominan, dan ketika sindrom ini
terdiagnosa, pasien memiliki kemungkinan untuk menderita kanker kolorektal sebesar 70% - 80%. 3,4
Penamaan Lynch syndrome dan HNPCC telah lama
digunakan secara bersamaan dan bergantian. Namun beberapa penulis menyebutkan bahwa istilah ”nonpolyposis” pada HNPCC
kurang tepat dan lebih menyukai penyebutan Lynch syndrome. Hal ini karena
dijumpainya polip adenomatous sebagai bagian dari proses karsinogenesis pada
pasien dengan sindrom ini. Disamping adanya kanker selain KKR yang bisa muncul
pada pasien Lynch syndrome. Sementara penulis lain menganjurkan penyebutan
Lynch syndrome ditujukan pada keluarga dengan bukti yang kuat adanya mutasi gen
mismatch repair (MMR). 4,5
Walaupun informasi mengenai genetik dan garis keturunan Lynch syndrome
telah teridentifikasi dengan cukup baik, manifestasi klinis dari penyakit ini
tidaklah spesifik. Diagnosa hanya didasarkan pada riwayat kanker pada keluarga.
Ketika diagnosa klinik pada sebuah keluarga menunjukkan Lynch sindrome, maka segera
dianjurkan langkah-langkah pencegahan dan skrining. 3,4 Penulis
mengajukan kasus kanker kolon pada pasien Lynch syndrome yang berumur 16 tahun.
ANALISA KASUS
Seorang wanita berumur 16 tahun datang ke poli bagian bedah rumah sakit Dr.
M. Jamil Padang pada pertengahan bulan Agustus 2010 dengan keluhan utama nyeri
perut kanan bawah sejak dua bulan sebelumnya. Nyeri perut meningkat sejak dua
minggu terakhir. Benjolan dirasakan diperut kanan bawah sejak 2 bulan yang
lalu. Nafsu makan berkurang sejak sakit dan disertai penurunan berat badan ± 5
kg dalam 2 bulan terakhir. Frekuensi buang air besar (BAB) tidak teratur,
umumnya BAB tiap 2-3 hari sekali dengan konsisitensi lunak. Didapatkan riwayat
keluhan yang sama pada kakek, bibi dan lima anggota keluarga yang lain. Pada
pemeriksaan fisik abdomen tampak benjolan di regio lumbal dekstra, teraba massa
dengan ukuran ± 9 x 6 x 3 cm, dengan konsistensi keras, bernodul dan terfiksir
disertai dengan nyeri tekan.
Pada barium enema tampak gambaran filling defect (apple core) dengan
penyempitan sentral di proksimal kolon tranversum, batas tak tegas, tepi
irreguler dengan pelebaran kolon proksimal, kesan : sugestif Ca proksimal kolon
tranversum (fleksura hepatika). Pada kolonoskopi dan biopsi didapatkan tumor di
fleksura hepatica colon dan polip pedunculated di sigmoid, pada biopsi tumor
didapatkan adenocarcinoma colon moderatly differentiated. Pada CT Scan
tampak lesi isoden di proyeksi colon ascenden sehingga lumen colon ascenden
menyempit dan dinding tebal (ireguler), terdapat pembesaran kelenjar getah
bening para aorta, disimpulkan carcinoma colon stadium III A (Dukes C).
Gambar 1. Tampak massa tumor pada fleksura
hepatika dan polip pedunculated di sigmoid
Berdasarkan evaluasi klinik pasien didiagnosa dengan karsinoma kolon
stadium III A (Dukes C), polip pedunculated di sigmoid. Secara klinis menurut
kriteria Amsterdam pasien termasuk dalam kelompok Hereditary nonpolyposis
colorectal cancer (HNPCC)/ Lynch syndrome. Pada pasien dilakukan subtotal kolektomi
dan anastomose ileorectal. Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada sediaan
tumor didapatkan jenis adenocarcinoma colon moderatly differentiated. Sebagai
ajuvan terapi pasien dikemoterapi dengan regimen 5-Fluorouracil, Leucoverin, dan
Oxaliplatin. Pasien telah menjalani analisa genetik dan program skrining untuk
pencegahan kanker HNPCC jenis yang lain.
Gambar 2. Gambaran filling
defect (apple core) dengan penyempitan sentral di proksimal kolon tranversum (fleksura hepatika).
|
Gambar 3. Tumor pasca subtotal kolektomi,
tampak tumor di proksimal kolon transversum.
|
Pasien terakhir kali kontrol di poli bedah rumah
sakit Dr. M. Jamil padang pada pertengahan Januari 2011. Pasien tidak lagi merasakan
keluhan yang berhubungan dengan saluran pencernaan, memiliki nafsu makan yang
baik dan merasa sehat. Pasien telah kembali menjalani aktivitasnya sebagai
pelajar.
DISKUSI
Diagnosa HNPCC/Lynch syndrome pada pasien ini ditegakkan melalui analisa
riwayat penyakit pada keluarga pasien. Internasional Collaborative Group on
Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (ICG-HNPCC) menetapkan kriteria
diagnosa HNPCC yang dikenal dengan kriteria Amsterdam I dan II. Kriteria ini cukup spesifik dan mudah
diterapkan.3,5
Tidak semua keluarga dapat teridentifikasi Lynch
syndrome melalui kriteria Amsterdam. Keluarga dengan jumlah anggota yang
sedikit dan dengan riwayat penyakit yang sulit digali akan tersingkirkan jika
mengunakan kriteria ini. Sehingga dikembangkanlah kriteria Bethesda. Walaupun
tingginya biaya atau terbatasnya peralatan rumah sakit untuk melakukan analisa
genetik pada pasien KKR, mayoritas penulis tetap menganjurkan penggunaan
kriteria Bethesda untuk mengidentifikasi pasien yang akan menjalani analisa genetik,5,6
Tabel 1.
Kriteria Amsterdam dan Bethesda 5,6
Kriteria Amsterdam :
-
Minimal tiga anggota keluarga dengan
KKR atau jenis kanker HNPCC yang lain (endometrium, ovarium, saluran kencing,
usus dan lambung)
-
Satu anggota keluarga yang terkena
memiliki anggota keluarga tingkat satu lain yang terkena
-
Dua generasi terpengaruh
-
Salah satu anggota keluarga didiagnosa
dengan KKR sebelum usia 50 tahun
Kriteria Bethesda :
-
Pasien KKR terdiagnosa sebelum umur 50
tahun
-
Pasien KKR dengan satu anggota
keluarga tingkat pertama yang menderita kanker HNPCC jenis lain sebelum umur
50 tahun
-
Pasien KKR dengan dua atau lebih
anggota keluarga tingkat pertama atau tingkat kedua yang menderita kanker
HNPCC
-
Pasien dengan kanker kolon proksimal
dengan pola undifferentiated yang terdiagnosa sebelum 45 tahun
- Pasien
KKR dengan diagnosa fenotip MSI-H sebelum umur 60 tahun
-
Pasien dengan adenoma sebelum umur 40
tahun
|
Beberapa penulis lain menyebutkan bahwa terdapat
keterbatasan saat menggunakan kriteria Bethesda, yaitu adanya kendala dalam
skrining genetik MSI-H. Pada faktanya mayoritas pasien KKR tidak menjalani
skrining genetik karena berbagai alasan, walaupun mereka telah menjalani
konseling dan mengerti pentingnya skrining tersebut. Pasien KKR terlebih dahulu meninggal dunia sebelum
menjalani analisa genetik. Berdasarkan beberapa penelitian kohort, mereka
menyimpulkan pentingnya mengggali riwayat keluarga pasien KKR untuk mendiagnosa
secara klinis pasien-pasien Lynch syndrome. 7
Gambar 4. Silsilah
keluarga (pedigree) menunujukkan kejadian KKR pada beberapa anggota keluarga
pasien. Sebagian besar penyakit terdiagnosa pada umur yang relatif muda.
Keterangan : “dx” umur pasien
terdiagnosa, “dead” umur pasien meninggal.
Berdasarkan
kriteria amsterdam dan Bethesda pasien termasuk dalam Lynch syndrome, karena :
- Pasien
dengan dua anggota keluarga tingkat kedua (kakek dan bibi) terdiagnosa KKR dan
lima anggota keluarga lainnya juga menderita KKR dan dua generasi terpengaruh
-
Lebih
dari satu anggota keluarga yang didiagnosa KKR sebelum usia 50 tahun
-
Pasien
terdiagnosa KKR sebelum umur 50 tahun
-
Pasien
dengan tumor di kolon proksimal dan polip adenoma
Penulis mendapatkan data medis yang memadai untuk
pasien dan bibinya. Keterangan diagnosa KKR, umur terdiagnosa dan umur meninggal
berdasarkan wawancara mendalam terhadap keluarga pasien dan menggali riwayat
penyakit pada anggota keluarga yang lain. Melalui analisa pedigree dapat
dilihat adanya kecenderungan munculnya KKR pada usia muda. Sebagian besar
keluarga yang menderita KKR tidak mendapatkan pengobatan yang baik. Hal ini
disebabkan anggota keluarga yang tidak ingin berobat ke rumah sakit dan
tingginya kepercayaan terhadap pengobatan tradisional.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa 2/3 lokasi kanker pada HNPCC terdapat
pada kolon proksimal. 3,11 Penelitian Ahmad M, et al menunjukkan 78
% pasien kanker kolorektal usia muda berada pada stadium lanjut (Dukes C dan
D). Penentuan stadium menunjukkan pasien berada pada stadium IIIA
atau Dukes C. Pemeriksaan kolonoskopi yang didukung dengan barium enema
merupakan alat diagnostik utama pada kanker kolorektal. Sementara pemeriksaan CT-Scan dilakukan untuk
menentukan stadium sebelum operasi . 1,8
Pada pasien ini dilakukan subtotal
kolektomi dengan anastomose ileorectal. Reseksi luas pada pasien KKR masih dalam
perdebatan. Beberapa ahli
menganjurkan subtotal kolektomi dengan anastomose ileorectal pada pasien Lynch
syndrome, karena didapatkan angka harapan hidup yang lebih baik pada pasien
yang diterapi dengan subtotal kolektomi. Beberepa penulis juga menyebutkan bahwa
subtotal kolektomi dengan anastomose ileorectal akan meningkatkan kualitas
hidup pasien Lynch syndrome karena berkurangnya kebutuhan mereka terhadap
kolonoskopi dan ancaman munculnya tumor sekunder.1,4,5
Diagnosa Genetik
HNPCC
Ketika pasien telah terdiagnosa secara klinis Lynch
syndrome, maka pada keluarga pasien tersebut perlu dilakukan analisa genetik. Secara
umum terdapat beberapa perubahan genetik pada KKR, yaitu onkogen (K-ras) dan
tiga tumor suppressor gene (APC, DPC4, dan p53). Namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa instabilitas genome menjadi dasar utama terjadinya Lynch
syndrome jika dibandingkan onkogen ataupun kelainan tumor suppressor gene. Adanya
mutasi gen pada DNA mismatch repair (MMR) memicu terjadinya instabilitas
genome dalam bentuk microsatellite instability. 4,9,10,11
Pada 80% kasus KKR merupakan jenis stabil mikrosatelit, yang artinya tidak
didapatkan kerusakan pada MMR. Sementara 20% lainnya disertai adanya kerusakan
MMR yang bertugas memperbaiki kesalahan yang terjadi pada pasangan basa pada
susunan gen. Adanya segmen
kecil dari microsatellite instability merupakan hasil dari mutasi salah
satu dari empat gen MMR, yaitu MLH1, MSH2, MSH6 dan PMS2. 9,11,12
Terdapat beberapa
tes genetik untuk mengidentifikasi lynch syndrome, antara lain :
·
Microsatellite
instability test (MSI), tes skrining
untuk Lynch syndrome. Dilakukan dengan mikrodiseksi
pada jaringan tumor dan diperluas hingga ke jaringan yang sehat. Kemudian dilakukan
ekstraksi DNA pada kedua sampel dan polymerase chain reaction pada beberapa
regio microsatellite. ICG-HNPCC memberikan tiga klasifikasi untuk hasil tes ini: High-instability
(MSI-H) jika ≥ 30% lebih marker tidak stabil, Low-instability (MSI-L)
jika instabilitas hingga 30%, Absent-instability jika tidak terjadi
ketidakstabilan. Lebih dari 90% pasien Lynch syndrome mengalami High-instability
(MSI-H) pada tumornya. 3,4,8,10
·
Immunohistokimia
pada protein gen DNA-repair (IH). Jaringan normal mengekspresikan protein MLH1 dan MSH2 dalam jumlah yang
banyak di nukleus. Mutasi pada gen akan
mengurangi kadar MLH1 dan MSH2, dan pada 80%-90% kasus HNPCC terjadi penurunan
kadar MLH1 dan MSH2 atau tidak adanya IH. 4,10,11
·
Cara
analisa yang lain dapat dilakukan dengan DNA-sequencing, karena tingkat
sensitifitas dan spesifisitasnya yang tinggi tes ini merupakan standar baku
untuk mendeteksi adanya mutasi gen pada Lynch syndrome. Tes ini membandingkan
pasangan basa pada sebuah gen melalui sampel darah. Namun teknik ini cukup
mahal dan memakan waktu. 3
Skrining Anggota
Keluarga
Anggota keluarga Lynch syndrome memiliki
faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami jenis kanker yang lain. Vasen et al, menyebutkan besarnya
risiko tersebut yaitu; risiko KKR 24%-75%, kanker endometrium 27%-71%, ovarium
3%-13%, lambung 2%-13%, saluran kemih 1%-12%, usus halus 4%-7%, otak 1%-4%, dan hati dan saluran empedu 2%.4
Terkait dengan faktor risiko
tersebut, International
Collaborative Group on HNPCC merekomendasikan skrining pada anggota keluarga pasien Lynch syndrome. Skrining juga dilakukan pada organ-organ selain usus
besar yang masuk dalam kelompok Lynch syndrome.
Tabel 2. Rekomendasi
ICG-HNPCC untuk deteksi awal anggota keluarga HNPCC 4,5,10
Organ
|
Pemeriksaan
|
Umur
|
Frekuensi
|
Kolon & Rektum
|
Kolonoskopi
|
20-25
|
Per 2 tahun
|
Endometrium
|
USG endovaginal, pemeriksaan
gnikologi
|
30-35
|
1-2 tahun
|
Ovarium
|
USG pelvis dan CA-125
|
30-35
|
1-2 tahun
|
Urogenital
|
USG
|
30-35
|
2-3 tahun
|
Lambung
|
Gastroendoskopi
|
30-35
|
1-2 tahun
|
Lima bulan pascaoperasi kondisi pasien dalam keadaan sehat. Pasien masih
tetap kontrol dan telah menyelesaikan kemoterapi yang ke VI. Namun pasien masih
tetap dianjurkan untuk skrining, karena kemungkinan munculnya kanker HNPCC
jenis lain seperti kanker endometrium.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien
wanita muda dengan kanker kolon pada keluarga HNPCC/Lynch syndrome. Pada pasien
telah dilakukan terapi operatif dan ajuvan kemoterapi. Selanjutnya perlu
dilakukan tes dan konseling genetik untuk memperkuat diagnosa klinik
HNPCC/Lynch syndrome pada pasien ini. Pemeriksaan skrining rutin sangat
dianjurkan mengingat besarnya risiko terhadap kanker HNPCC baik kolon maupun
ekstrakolon.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Zahari A. Deteksi dini, diagnosa, dan
penatalaksanaan kanker kolon dan rektum. Majalah kedokteran Andalas
2008;98-121.
2.
Zahari A, Rustam R, Luthfi A. Gambaran
karakteristik dasar penderita karsinoma kolorektal di RS Dr. M. Jamil Padang
tahun 2002-2007. Universitas Andalas/SMF bedah RS. M. Jamil Padang.
3.
Silva RE, Garicochea B, Cotti G, Maranho IC,
Cutait R. Hereditary nonpolyposis colorectal cancer identification and surveillance
of high-risk family. Clinics 2005;60(3):251-6
4.
Al-Sukhni W, Aronson M, Gallinger S. Hereditary
colorectal cancer syndromes: Familial Adenomatous Polyposis and Lynch Syndrome.
Surgical Clinics of North America 88 (2008)
819–844.
5.
Vasen HF, Moslein G, Alonso A, et al. Guidelines
for the clinical management of Lynch syndrome (hereditary non-polyposis
cancer). J Med Genet 2007;44(6):353–62.
6.
Merg
A, Lynch HT, Lynch JF, et al. Hereditary colorectal cancerd Part II. Curr
Probl Surg 2005;42(5):267–334.
7.
Umar A, Boland R, Terdiman JP. Revised Bethesda Guidelines for
Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (Lynch Syndrome) and Microsatellite
Instability. J Natl Cancer Inst 2004;96:261– 8.
8.
Ahmad M, et al.
Jamal-ud-Din, Qayum A, Afridi V. Young colorectal patients present with
advance stage disease. Journal of Medical Sciences 2006;14:51-4.
9.
Gryfe R, Kim H, Hsieh ETK, et al. Tumor
microsatellite instability and clinical outcome young patients with colorectal
cancer. N Engl J Med 2000; 342:69-77.
10.
Datta RV, et al. Genetic and Phenotypic
Corelates of colorectal cancer in young patients. N Eng J Med 2000;342:137-8.
11.
Corleto
VD, Zykaj E, Mercantini P, et al. Is colonoscopy sufficient for
colorectal cancer surveillance in all HNPCC patients?. World J Gastroenterol
2005; 11(47): 7541-7544
12.
Zhou Y, Boardman LA, Miller RC. Genetic testing for
young-onset colorectal cancer: case report and evidence-based clinical
guidelines. Radiol Oncol 2010; 44(1): 57-61.
Selamat siang dr. Sudiyatmo,
BalasHapusSaya ada sedikit pertanyaan tentang kanker kolorektal terutama mengenai kolonoskopi. Saat ini saya tinggal di Seoul Korea Selatan, baru saja tadi habis ketemu dokter mengenai keluhan yang saya alami.
Saya memiliki hemoroid sejak 4-5 tahun lalu. Awalnya memang suka keluar darah menetes ketika buang air besar. Namun belakangan ini darah yang keluar tidak lagi menetes tapi ada dipermukaan fases dan kadang ada seperti gumpalan darah yang sepertinya sisa fases yang keseluruhan bagiannya sudah terselimuti darah.
Tadi dokter melakukan digital rectum dan menemukan memang ada hemoroid namun dengan jumlah darah di dinding rektum lebih banyak dibandingkan dengan jumlah darah yang dimiliki penderita hemoroid dengan level yang sama. Dokter bilang hemoroid saya ada di level bawah.
Menurut dokter tidak ada yang perlu dikhawatirkan terutama mengenai kemungkinan adanya kanker kolon. Namun dengan ditemukannya jumlah darah yang tidak biasa di dinding rektum dokter menyarankan untuk dilakukan colonoscopy untuk memastikan tidak ada hal lain yang perlu dikhawatirkan dan darah di fases hanya karena hemoroid yang saya derita.
Mohon kiranya dr. Sudiyatmo bisa memberi saya masukan mengenai hal yang saya sedang alami ini. Apakah colonoscopy ini bener2 urgent untuk dilakukan atau saya melakukan terapi dulu untuk beberapa waktu seperti mempertinggi asupan serat, kembali rutin olahraga, atau berendam dalam bak berair hangat..? Ohya... usia saya saat ini adalah 34 tahun...
Terima kasih sebelumnya atas masukan dari dr. Sudiyatmo...
Salam
-Muh-