ANATOMI
Gaster merupakan bagian sistem gastrointestinal yang terletak antara
esofagus dan duodenum. Secara anatomi gaster terdiri dari cardia, fundus,
korpus, antrum dan pylorus.
Ulkus
gaster dapat dibagi dalam tiga kaegori berdasarkan klasifikasi Daintree
Johnson`n, yaitu :
- Tipe I : Ulkus gaster pada kurvatura minor
- Tipe II : Kombinasi ulkus gaster dan ulkus duodenum
- Tipe III : Ulkus prepylori
Tipe 1
atau primer, ulkus dicirikan berlokasi di kurvatura minor pada hubungan antara
fundus dan antruum, terjadi pada pasien yang lebih tua dan jarang dihubungkan
dengan tipe hiposekresi asam lambung.
Tipe 2 atau kombinasi, ulkus duodenum dan gaster
dengan lesi di kurvatura minor yang
terjadi dalam hubungannya dengan
penyakit ulkus duadenal aktif atau diam
Ulkus tipe 3 yaitu pada prepylorik
MORTALITAS DAN MORBIDITAS
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mortalitas dan morbiditas pada keadaan
perforasi gaster, diantaranya yaitu :
·
Syok
pada waktu masuk rumah sakit
·
Penyakit
penyerta
·
Terlambat
tindakan operasi ( lebih > 24 jam )
·
Operasi
reseksi gaster
·
Infeksi
pasca operasi dan infeksi luka operasi
·
Infeksi
fungus pada peritoneum
· Untuk
menilai mortalitas dan morbiditas ini, ada beberapa skor yang dapat digunakan
diantaranya adalah
BOEY SCORE (1982)
Faktor resiko
|
Skor
|
Lama terjadi perforasi
< 24 jam
>
24 jam
Tekanan darah sistole
pre operasi
>
100 mmHg
< 100 mmHg
Penyakit sistemik
(jantung, ginjal, paru, DM, dll)
Ada
Tidak ada
|
0
1
0
1
0
1
|
Skor total
|
Resiko Morbilitas
|
1
2
3
|
0 %
10 – 46 %
100 %
|
PATOFISIOLOGI
Infeksi Helicobacter pylori dan penggunaan anti inflamasi non steroid
merupakan dua faktor penyebab utama dalam patogenesa terjadinya ulkus peptikum.
Infeksi H. pylori terjadi pada 76 % kasus ulkus gaster dan 90 % terjadi pada
kasus ulkus duodenum. Faktor lain yang juga berperan adalah penggunaan steroid,
merokok, alkohol atau kopi, stress, dan lain-lain.
Penyakit
atau kondisi yang berhubungan dengan peningkatan faktor resiko ulkus gaster
adalah sirosis, penyakit paru kronik, gagal ginjal dan transplantasi ginjal.
Penelitian terbaru mengkonfirmasikan hubungan antara OAINS dengan ulkus
peptikim. Perbaikan komplikasi terhadap saluran cerna akibat obat ini dapat
dicapai melalui konsultasi yang diberikan pada pasien untuk membatasi atau
menghentikan penggunaannya, penggunaan obat lain secara bersamaan untuk
meminimalisasi efek samping pada saluran cerna (contohnya antibiotik untuk
H.pylori, prostaglandin, dan obat anti sekresi), dan pemilihan obat OAINS yang
memiliki efek samping paling minimal terhadap
saluran cerna pada pasien-pasien yang memiliki resiko komplikasi ulkus
peptikum. Ulkus peptikum biasanya
terjadi bila kerusakan mukosa lebih atau
sama dengan 3 mm (Levine,2000)
Helicobacter Pylori
H.pylori
memiliki keunikan karena mampu hidup di dalam lambung. H.pylori memiliki
kandungan enzim urease, yang memecah urea ke dalam bentuk ammonia dan
bicarbonat, sehingga menciptakan lingkungan buffer terhadap asam yang
dihasilkan oleh oleh lambung. Salah satu mekanisme penting dari H.pylori adalah
efek inhibitornya terhadap sel D di antrum yang menghasilkan somatostatin,
somatostatin merupakan inhibitor sel G di antrum. Mekanisme inhibisi ini
dicetuskan oleh alkalinasasi dari antrum,
sehingga menyebabkan hiperplasi sel-sel parietal, akhirnya terjadi
hipergastrinemia dan hipersekresi asam. 90% kasus ulkus duodenum, dan 70-90%
kasus ulkus lambung terdapat infeksi H.pylori.
Gejalanya bervariasi, khasnya nyeri terjadi tidak
berbatas jekas dan terjadi 30 menit sampai 3 jam atau kurang dari 2 jam setelah
makan, berlokasi di epigastrium, seperti rasa terbakar. Namun nyeri juga dapat
dirasakan di kuadran atas kanan abdomen, dada atau punggung. Anoreksia,
penurunan berat badan, nausea, dada rasa terbakar kemungkinan dapat juga
terjadi. Muntah berkaitan dengan obstruksi yang terjadi, baik parsial maupun komplit.
Hematemasis atau melena merupakan
manifestasi perdarahan saluran cerna.
Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada inkomplit
ulkus gaster tidak spesifik. Adanya tahanan pada epigastrium dapat ditemukan.
Melena ditemukan pada perdarahan saluran cerna akut dan subakut. Jika
ulkus gaster yang mengalami perforasi
maka akan tejadi peritonitis akut, dimana penderita tampak kesakitan hebat,
seperti rasa ditikam di perut. Nyeri timbul mendadak, terutama di aderah
epigastrium karena ransangan peritoneum oleh asam lambung, empedu atau enzim
pankreas. Cairan lambung akan mengakir ke kelok parakolika kanan, menimbulkan
nyeri perut kanan bawah, kemudian mnyebar ke seluruh perut.
Pada awal perforasi belum ada infeksi bakteri,
disebut fase peritonitis kimia. Adanya nyeri pada bahu menunjukkan adanya
ransangan peritoneum di bawah diafragma. Ransangan peritoneum menimbulkan nyeri
tekan dan defans muskular. Pekak hati bisa menghilang akibat adanya udara bebas
di bawah diafragma. Peristaltik usus menurun sampai menghilang akibat
kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi peritonitis bakteri, suhu badan
akan meningkat, takikardi, hipotensi dan letargi.
Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang
menyebabkan pergeseran pada peritoneum. Nyeri subjektif berupa nyeri pada waktu
penderita bergerak, seperti berjalan, bernafas, batuk, dan mengejan. Nyeri
objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri lepas, colok
dubur, tes psoas, tes obturator dan lain-lain.
PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan tukak lambung adalah antibiotik
gastritis H.pylori, penggunaan antasid, antagonis H2 dan penilaian ulang untuk
menentukan kesembuhan setelah 6-8 minggu. Indikasi pembedahan jika tukak
lambung di dekat pilorus dan berhubungan dengan kenaikann asam lambung, jika
peninggian asam lambung tidak terjadi dilakukan gastrektomi parsial. Pada
perforasi atau perdarahan gastrektomi juga dapat dipilih bila reseksi tidak memungkinkan
karena kondisi pasien
KOMPLIKASI
Perdarahan terjadi pada 20-30% ulkus gaster,
endoskopi merupakan pilihan dengan sensitivitas > 90%. Barium double-contrast dapat digunakan pada 75%
kasus. Filling defect disebabkan oleh bekuan darah dapat terlihat di dasar
ulkus yang terisi kontras.
Obstruksi gaster terjadi pada 5% kasus, lebih sering terjadi pada ulkus
duodenum, tapi dapat juga terjadi pada
ulkus antral atau canell pylori Perforasi terjadi pada 10% ulkus peptikum.
Kebanyakan perforasi berasal dari anterior duodenum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar